Minggu, 10 Juli 2011

Gejala Kanker Tulang Belakang

Kanker tulang belakang sangat jarang ditemui. Kasus kanker tulang belakang yang paling banyak terjadi adalah adalah metastasis, yaitu kanker berasal dari bagian lain dari tubuh dan menyebar ke tulang belakang. Ketika kanker menyebar atau berasal di daerah ini, biasanya mempengaruhi satu atau lebih bagian tulang belakang. Jika seseorang mengembangkan kanker tulang belakang, baik primer atau sekunder, ia akan menunjukkan gejala penyakit yang berbeda.
Kanker tulang primer di tulang belakang jarang terjadi. Kanker pada tulang belakang dapat menyebabkan  hancurnya sel-sel sehat tulang penderita. Tumor kanker tidak hanya merusak tulang tulang belakang tetapi juga merusak sumsum tulang belakang penderitanya. Gejala kanker tulang di tulang belakang termasuk rasa sakit, patah tulang dan mati rasa atau kelemahan.
Rasa sakit
Tanda paling umum dari kanker tulang di tulang belakang adalah nyeri pada leher atau punggung. Rasa sakit akan terus-menerus dan disertai dengan gejala lainnya. Nyeri ini bisa hanya di daerah belakang, bisa juga menyebar ke anggota badan lain. Pengembangannya tergantung hanya pada lokasi pertumbuhan abnormal. Jika kanker menyebabkan sejumlah kecil peradangan dan iritasi, rasa sakit biasanya tetap di belakang. Jika kanker menekan saraf, rasa sakit berdifusi keluar ke "dahan" yang terkait. Tidak peduli sumber rasa sakit, kanker tulang belakang menyebabkan ketidaknyamanan kronis.

Kelemahan
Jika kanker tempat cukup tekanan pada saraf, seseorang akan menderita kelemahan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh gangguan pada impuls dari tulang belakang. Jika kanker menyebabkan peradangan besar di belakang, otak tidak lagi mampu berkomunikasi dengan baik dengan kaki. Akibatnya, penderita mungkin merasa sulit untuk berjalan, membawa, meraih sesuatu, atau berpegangan.
Kepekaan berkurang
Kanker tulang belakang dapat mempengaruhi sensasi sentuhan. Karena sumsum tulang belakang adalah saraf pusat, peradangan atau tekanan di daerah ini dapat mengakibatkan pengurangan sensasi. Objek mungkin tidak lagi merasa panas atau dingin untuk disentuh.  Serupa dengan ketidakmampuan otak untuk berkomunikasi dengan anggota badan, anggota badan menjadi tidak sepenuhnya berkomunikasi dengan otak.

Inkontinensia
Kanker tulang belakang juga dapat menyebabkan inkontinensia. Gejala ini sangat mirip dengan kelemahan, karena tekanan pada saraf tertentu dalam tulang belakang yang bertanggung jawab untuk mengontrol kinerja kandung kemih dan usus. Jika impuls terganggu, dapat menyebabkan seseorang kehilangan kontrol kandung kemih mereka, usus, atau keduanya.

Kelumpuhan
Seiring perkembangan kanker tulang belakang, seseorang mungkin menderita kelumpuhan. Tergantung pada beratnya kanker, kelumpuhan dapat diisolasi untuk satu anggota badan. Ukuran dan lokasi pertumbuhan menentukan jumlah kelumpuhan, karena kanker bisa sampai ke titik di mana saraf tampaknya putus atau lesi telah terbentuk pada saraf itu sendir

Mengenal Diagram Rangkaian Listrik

Dalam kegiatan desain engineering, maintenance ataupun troubleshooting, sangatlah essensial bagi seorang engineer atau teknisi, entah itu personel di  bidang kelistrikan ataupun di bidang lain (elektronika maupun telekomunikasi) untuk bisa mengerti ataupun  menguasai diagram rangkaian. Diagram rangkaian merupakan suatu gambar atau petunjuk tentang komponen apa yang ada  di dalam suatu rangkaian listrik, fungsinya dan hubungan antar rangkaian, sehingga diharapkan bila seorang engineer atau teknisi mengerti tentang diagram rangkaian tesebut, mereka akan lebih tepat dalam mendesain suatu rangkaian ataupun menganalisa gangguan terhadap suatu rangkaian . Secara umum diagram rangkaian dibedakan menjadi empat macam yaitu :
Schematic diagram
Schematic diagram merupakan suatu gambar teknik yang menggambarkan suatu rangkaian dengan menggunakan symbol symbol listrik . dalam schematic diagram symbol symbol listrik tersebut dihubungkan dengan garis yang menggambarkan koneksi dan hubungan dari komponen komponen listrik di dalam rangkaian. Dengan menggunakan schematic diagram, cara kerja dari suatu system kelistrikan dapat diamati dari input sampai dengan outputnya
schematic diagram
schematic diagram
One-line diagram
One line diagram menggambarkan suatu rangkaian dalam bentuk sebuah jalur gambar. One line diagram digunakan menggambarkan suatu rangkaian yang komplek dengan cara menyederhanakan gambar tersebut menjadi sebuah alur rangkaian, sehingga diharapkan dengan sebuah one-line diagram, pembacaan suatu system lebih mudah karena alur dalam one-line diagram tersebut mewakili dari sebuah system yang lebih rumit dan detail.
one line diagram
one line diagram
Block Diagram
Block diagram menggambarkan suatu rangkaian dalam bentuk segmen segmen rangkaian menurut dengan fungsinya. Dengan menggunakan block diagram, akan lebih mudah membaca rangkaian karena block diagram memisahkan rangkaian tersebut berdasarkan cara kerjanya sehingga dalam pekerjaan troubleshooting akan mudah menemukan rangkaian yang bermasalah


block diagram
block diagram
Wiring diagram menggambarkan hubungan rangkaian secara detail, dari mulai simbol rangkaian sampai dengan koneksi rangkaian tersebut dengan komponen lain, sehingga akan mudah bagi kita untuk mengikuti alur sebenarnya dari sebuah rangkaian, karena digambarkan secara rinci dan lengkap.
wiring diagram
wiring diagram
Dengan mengerti dan memahami keempat diagram rangkain tersebut, akan mudah bagi seseorang untuk membaca “jeroan” dari suatu rangkaian

Perencanaan Instalasi Listrik Rumah

Perencanaan intalasi LISTRIK rumah adalah perencanaan instalasi atau suatu bayangan untuk memulai instalasi agar apa yang di butuhkan dan di perlukan dalam instalasi dapat di penuhi untuk memulai instalasi.
dalam perencanaan instalasi di perlukan :

      Gambar instalasi.gambar instalasi ini sangat di perlukan untuk memnunjang kebutuhan bahan dalam instalasi dan sebagai tolak ukur dalam instlasi tak hanya itu saja dalam instalasi dapat memudahkan seseorang dalam bekerja karena dengan gambar instalasi tersebut dapat membimbing seorang dalam instalasi. gambar gambar instalasi yang perlu di perhatikan dala rencana instalasi rumah tinggal :
  • Gambar Situasi dengan gamabr situasi ini instalastir dapat memperhatikan keadaan sekeliling tempat yang akan di instalasi.dan dengan gambar ini instatliur dapat mengisi blangko  jaminan instalasi dan keceakan diri.


 
Denah situasi
 
  • Gambar Tata letak .dengan gambar tat letak seorang instalatir dapat mengetahui komponen yang di perlukan dalam instalasi dan letak komponen tersebut .dengan tujuan mempermudah dalam pemasangan .

 
Gambar Tata letak rancangan
 
  • Diagram garis tunggal. dengan tujuan aagar instalatir dapat mengetahui jalur pemasangan penghantar ke kompponen dan mengetahui berapa banyak penghantar yang melewati jalur tersebut

 
Diagram Garis tunggal
 
  • Table rekapitulasi daya dengan adanya tabel rekapitulasi daya seorang instalatir dapat mengeathui berapa besar pengaman yang akan di pakai dan pembagian kelompok yang sesuai setandard.

 
Tabel rekapitulasi daya

  • Diagram pengawatan.dengan adanya ini seorang instalatir akan lebih mengetahui secara detail ,kabel yang kan di pasang dan komponen lain yang akan di pasang.

 
Diagram Pengawatan
 
  • Tabel bahan instalasi dengan adanya tabel ini akan mepermudah seorang instalastir untuk menyediakan bahan yang kan di butuhkan.
 
Tabel Bahan Instalasi
   Dengan adanya perencanaan instalasi LISTRIK rumah ini akan membuat dan menghasilkan instalasi rumah yang baik dan terencana. instalasi tersebut akan terasa lebih baik,mantap dan untuk menghindari sebuah kesalahan dalam instalasi LISTRIKrumah.jadi dapat membuat konsumen instalasi percaya,puas dan instalastir tersebut akan merasa bangga akan hasil instalasi tersebut.

Rabu, 30 Maret 2011

Demokrasi Indonesia Versus Demokrasi Barat

Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Pada intinya, yang banyaklah yang menang dan yang banyak dianggap sebagai suatu kebenaran. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yg sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan



“Masyarakat ini mewakili cita-cita umat manusia dan akhir tujuan mereka!” Demikian kata presiden legendaris Amerika Serikat, Abraham Lincoln (1860-1865), tentang negaranya.1 Kiranya kita sangat bisa memahami mengapa sang presiden berbicara demikian. Amerika Serikat saat itu menjadi perbincangan dunia karena merupakan negara tempat seluruh ide revolusi yang meledak di Eropa pada akhir abad XVIII M diimplementasikan.
Pada tahun 17832, ketika masyarakat Eropa muak pada monarki, sikap kesewenang-wenangan raja dan gereja, serta gaya hidup manja kaum bangsawan, pantai timur benua Amerika malah menampung seluruh ide kemuakan itu dan mewujudkannya dalam sebuah negara baru yang mewakili cita-cita mereka. Kepala negara dari negara baru itu bukan lagi raja, yang mewarisi kekuasaan turun temurun, tetapi presiden, yang dipilih rakyat secara langsung. Kedaulatan di negeri itu bukan lagi di tangan raja dan gereja, yang merasa mengemban amanah Tuhan tapi kenyataannya hanya menggunakan kedaulatan itu untuk menindas rakyat, tapi dinyatakan sebagai milik rakyat sendiri. Aktivitas ekonomi dinyatakan sebagai hak seluruh rakyat, bukan lagi dominasi tuan tanah dan bangsawan sebagaimana pada masa sebelumnya. Negara Amerika Serikat adalah milik seluruh rakyat. Itulah gambaran dari sebuah negara yang diangankan masyarakat dunia Barat saat itu, yang kemudian dibanggakan oleh Presiden Abraham Lincoln, beberapa puluh tahun setelah negara itu berdiri. Negara demokrasi. Begitulah orang menyebutnya. “Democracy is from the people, by the people, and for the people!” begitulah kata Abraham Lincoln yang sampai kini terus dikenang, tak hanya oleh rakyat Amerika Serikat, tapi bahkan oleh dunia.

Hanyalah Prancis, dengan Revolusi Prancis-nya, yang berhasil “menyaingi” Amerika Serikat dalam demokrasinya. Itupun munculnya “belang-belang”, berselang-seling dengan kediktatoran. Prancis larut dalam perang demi perang yang mengembalikan negeri itu ke dalam penindasan dan pemerintahan otoriter. Praktis Amerika Serikat-lah yang saat itu menjadi tatapan mata dunia. Amerika Serikat adalah “dunia baru”, tempat seluruh impian bisa digapai, karena di sana rakyat berdaulat. Seperti itulah gambaran negeri itu di abad XIX M. Sangat wajar kalau banyak penduduk Eropa, dari berbagai bangsa, berbondong-bondong menuju tanah impian itu. Dan setelah Amerika Serikat diakui sebagai “teladan dunia”, pelan tapi pasti negara-negara Eropa bergeser dari kerajaan menuju demokrasi.
Negara demokrasi. Itu pulalah yang menjadi teriakan dalam reformasi di Indonesia tahun 1998. Sebelumnya, Indonesia dianggap sebagai “kerajaan feodal Jawa” dibawah pemerintahan “Raja Soeharto”. Maka yang terjadi di tahun itu hanyalah ulangan apa yang terjadi di Amerika dan Eropa dua abad sebelumnya. Dan itu pula yang melanda seluruh Eropa Timur dan Rusia pada waktu sekitar jatuhnya Uni Soviet. Rakyat menghendaki bergeser dari negara totaliter otoritarian menuju negara demokrasi. Negara-negara berkembang, seperti India dan Philipina, saat ini juga dikenal sebagai negara demokrasi.

Demokrasi. Demokrasi. Demokrasi…. Itulah kata yang terus bergaung selama dua seperempat abad ini di berbagai belahan dunia. Namun, bagaimana keadaan berbagai negeri demokrasi saat ini? Marilah kita berkeliling, mengunjungi negeri-negeri tempat demokrasi diimplementasikan. Selanjutnya kita cermati, apakah negeri-negeri itu menjadi permata dunia, yang lebih maju, adil, dan beradab?

***
Kita awali dari sang perintis demokrasi, Amerika Serikat (AS). Apakah AS sekarang menjadi negeri yang semakin bisa dibanggakan? Apakah AS sekarang merupakan gambaran “negara ideal”? Di negeri ini tampaknya memang ada kebanggaan tersendiri karena AS menjadi simbol kemajuan dunia. Negara Amerika Serikat sekarang telah menjadi pusat percaturan politik, ekonomi, dan teknologi dunia. Markas PBB bahkan berada di New York. Semua berangkat dari berbagai kejadian sepanjang abad XX. Setelah kerajaan-kerajaan di Eropa tercerai berai karena Perang Dunia I, sementara negara-negara diktator hancur dalam Perang Dunia II, sedangkan negara-negara totaliter komunis berguguran seputar dekade 90-an, Amerika Serikat justru melesat menjadi adikuasa tunggal. Bahkan saat ini, Kongres, tempat rakyat AS biasa menyalurkan aspirasi mereka, telah “sangat biasa” menentukan kebijakan PBB.

Namun, apakah itu berarti semua idealisme yang menjadi impian saat AS berdiri telah berhasil dicapai? Yang terjadi ternyata sebaliknya.
Ternyata bidang politik dan ekonomi di negeri itu tak mencerminkan kedaulatan rakyat tapi “kedaulatan konglomerat”. Jabatan-jabatan politik, baik tingkat pusat, provinsi, maupun distrik, baik legislatif maupun eksekutif, bukan lagi terasa sebagai hak seluruh rakyat tapi hak para konglomerat atau pihak yang mendapatkan dukungan dari kalangan superkaya itu.3 Memang rakyat berpartisipasi dalam pemilu, tapi itu karena mereka terpaksa harus memilih diantara dua pilihan, yaitu calon dari Partai Republik dan calon dari Partai Demokrat. Sementara seluruh calon dari kedua partai itu untuk bisa maju harus mendapatkan dukungan finansial yang sangat besar dari para konglomerat.4 Faktanya, rakyat seringkali tertipu. Mereka memilih berdasar informasi media (milik kongkomerat pendukung kandidat) yang sangat memuji kandidat, tapi setelah para kandidat itu terpilih ternyata kualitas mereka tak sebaik yang diberitakan. Mereka kagum pada kepedulian Jimmy Carter pada hak asasi manusia, tapi yang mereka dapati hanyalah seorang presiden yang cengeng dalam politik luar negerinya. Mereka muak dan akhirnya memilih Ronald Reagan tapi ternyata dia hanyalah seorang yang membuat utang negerinya membengkak tiga kali lipat.5 Di awal abad XXI ini, presiden mereka, George W. Bush, adalah “Hitler abad XXI”, manusia tanpa empati.
Impian untuk merasa bebas dan berdaulat ternyata juga tak sebagaimana harapan. Media, milik konglomerat, yang mendominasi berita dan informasi, tak sekedar mendikte rakyat dalam masalah politik dan ekonomi, tapi juga menjadikan rakyat sebagai objek komersial. Televisi dipenuhi dengan tayangan hiburan yang merusak, gaya hidup mewah, dan kekerasan. Sangat wajar jika kondisi moral generasi kian rusak. Sementara di saat yang sama, para tokoh agama semakin kurang diperhatikan, kecuali mereka yang bersedia berkompromi dengan media walau dengan bayaran hilangnya idealisme mereka.

Gambaran moralitas masyarakat AS dewasa ini ternyata demikian mencengangkan. 93% berpendapat bahwa tak seorang pun yang menjadikan satu ketentuan pegangan moral dalam hidup mereka. 84 % menyatakan bersedia menentang ajaran agama mereka dan 81 %-nya bahkan benar-benar telah menentangnya. 38 % di antara mereka merasa membaur dengan orang-orang yang tak mereka sukai. 29 % sering mempunyai perasaan bahwa mereka penjahat, penipu, dan munafik. 91 % menyatakan bahwa berbohong telah menjadi perilaku dan kebiasaan hidup mereka. 20 % menyatakan bahwa mereka tidak meninggalkan berbohong meski hanya satu hari. 31 % orang yang telah berumah tangga tetap melakukan hubungan seksual dengan pasangan lain. 62 % berpendirian bahwa hubungan seksual dengan pasangan lain sah-sah saja dilakukan. 39 % menyatakan bahwa mereka pernah melakukan kejahatan yang berbeda selama hidup mereka.6

Inilah AS, sang perintis demokrasi. Bagaimana dengan Eropa Barat, yang terinspirasi oleh Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis? Eropa Barat terdiri dari negara-negara maju. Proses-proses demokrasi juga selalu dilangsungkan. Parlemen leluasa memperingatkan presiden atau perdana menteri, sebagaimana ditekankan dalam demokrasi, juga hal biasa. Namun, “kedaulatan orang kaya” tampaknya juga cukup menggejala. Kesenjangan sosial dan rusaknya moralitas juga hal biasa.7 Perceraian dan orang tua tunggal lebih dari 50 % di Swedia. Bentrokan etnis dan rasialisme cukup terasa di Prancis dan Italia. Homoseks sangat biasa bahkan dilegalkan di Belanda. Gereja-gereja ditinggal umatnya hampir di seluruh Eropa Barat. Orang-orang jompo diserahkan oleh anaknya ke panti jompo menjadi pemandangan yang lumrah di Eropa.8
Bagaimana dengan belahan dunia lainnya? Di Eropa Timur, partai-partai yang mengusung demokrasi dan menjatuhkan komunisme dulu mulai diragukan. Ini karena hasil karya mereka adalah “kedaulatan orang kaya baru”. Kesenjangan sosial dan kerusakan moral semakin membudaya. Di India, Pakistan, Bangladesh, dan Philipina, jurang pemisah kaya miskin demikian tinggi. Syarat potensial jadi pemimpin di negara-negara itu juga cukup aneh, yaitu bapak atau suaminya terbunuh. Lihat saja: Benazir Bhutto, Begum Khaleda Zia, Hassina Washeed, Cory Aquino, atau Sonia Gandhi.

Bagaimana dengan Indonesia? Kita tahu sendiri bagaimana negeri ini. Betapa jarang kita membaca headline surat kabar dengan gembira, kecuali menghibur diri dengan rehat atau komentar pojok.
Itulah fakta mayoritas dari peta dunia sekarang, negeri-negeri penganut demokrasi: aneka ragam problem.
Tentu patut kita bertanya-tanya: Mengapa yang terjadi pada dunia saat ini tak seindah “kampanye” yang dilakukan oleh Sang Demokrasi dua seperempat abad silam? Mengapa kenyataannya tak seindah “janji-janji”-nya?
***

Salahkah Mr. Demokrasi…? Tunggu dulu!
Kiranya kita harus jeli untuk tidak terburu menyalahkan Demokrasi. Satu hal yang perlu kita ketahui, ketika Demokrasi tampil sebagai “pendekar penyelamat dunia” di akhir abad XVIII M lalu, ia tidak sendirian. Masih ada beberapa “pendekar” lain yang tampil, yaitu Sekularisme, Liberalisme, dan Kapitalisme. Padahal, selama ini banyak pihak yang mengatakan bahwa ketiga isme inilah yang telah mengacak-acak dunia. Sekularisme dianggap telah menjadikan lemahnya peran agama dan terjadinya kerusakan moral. Liberalisme dinyatakan menjadikan semua orang ingin bebas, berani menentang agama, dan tak peduli pada nilai-nilai. Kapitalisme dikatakan menjadikan kesenjangan sosial dan kedaulatan konglomerat. Walau begitu, tampaknya harus kita akui: selama ini Demokrasi memerintah dunia dengan “berkoalisi” dengan ketiga “pendekar” itu.9 Padahal, bukankah dengan itu ia harus rela memahami “pandangan” mereka, mentoleransi “sikap” mereka, bahkan membiarkan “sepak terjang” mereka dalam banyak hal?
Yang sangat penting kita cermati, selama dua seperempat abad ini tampaknya secara umum diakui bahwa Sang Demokrasi-lah yang menjadi “pemimpin” di dunia, bukannya ketiga “sosok” lainnya tadi. Terbukti yang paling sering disebut media dunia adalah negara demokrasi, bukannya negara sekular, negara liberal, atau negara kapitalis. AS juga lebih sering menyebut diri sebagai negara pengemban demokrasi, bukan lainnya. Hanya saja, dengan fakta ini, kiranya sangat wajar kalau ada pihak yang menjuluki Demokrasi sebagai “pemimpin” yang peragu dan tidak tegas. Alasannya, bukankah warna dunia selama dua seperempat abad ini lebih diwarnai kiprah Sekularisme, Liberalisme dan Kapitalisme? Bukankah seringkali muncul kritik bahwa negara atau masyarakat terlalu sekular, liberal, dan kapitalis, tapi kurang demokratis? Artinya, bukankah Demokrasi kalah peran dibanding para “pendamping”-nya? Memahami hal ini, tentu kita layak bertanya-tanya:
Bagaimana “peta politik” dunia selama dua seperempat abad ini sebenarnya? Benarkah ketiga “sosok” itu yang merusak dunia? Apakah Demokrasi “bersahabat dekat” dengan mereka? Atau Demokrasi mungkin “bertempur” dengan mereka tapi kalah? Atau Demokrasi berusaha bertindak “arif” dengan memberikan “jalan tengah” tapi gagal? Atau jangan-jangan Demokrasi menjadi korban atas sikap akomodatifnya sendiri? Atau Demokrasi kebingungan karena selalu kalah cepat? Apakah Demokrasi harus melakukan “reshufle” kabinet isme-isme? Apakah kita harus membebaskan Demokrasi dari mereka? Kalau iya, lantas Demokrasi harus bersekutu dengan siapa? Apakah kita harus menciptakan dan mendukung “koalisi” baru?
Atau jangan-jangan Demokrasi salah, sehingga kita dengan berat hati harus memberinya peringatan? Namun, bukankah Demokrasi pahlawan kita? Tapi, bagaimana dengan sebagian pihak yang mempertanyakan kepahlawanannya? Bagaimana pula dengan kalangan yang bahkan ingin melengserkan Demokrasi?

Apa yang sebenarnya terjadi? Dan apa yang seharusnya kita –-penduduk dunia— lakukan?
Faktanya, Demokrasi ternyata memang pro sekularisme, liberalisme, dan kapitalisme. Bahkan alat “mereka bertiga”. Ini karena beberapa hal:
Sejarah tegaknya sekularisme, liberalisme, kapitalisme, dan demokrasi pada dua revolusi (AS dan Prancis) bersifat satu kesatuan untuk melawan monarki absolut dan kekuasaan gereja. Kata kedaulatan rakyat saat itu sebagai lawan dari kedaulatan penguasa dan kedaulatan Tuhan.
Demokrasi menuntut adanya kebebasan berpendapat, kebebasan berperilaku/ berekspresi, dan kebebasan beragama, dan kebebasan kepemilikan. Ini adalah “prinsip-prinsip mutlak” tanpa ada nilai lain di atasnya. Ini akan membuat sekularisme, liberalisme, dan kapitalisme otomatis akan mendapat lahan subur.

Demokrasi mengajarkan pembangunan nilai dan aturan dari suara mayoritas. Ini akan membuat lemahnya agama karena suara ulama tidak lebih dihargai dibanding penjudi. Sebaliknya terjadi dominasi kapitalisme karena para kapitalislah yang otomatis menguasai suara.

Kabel Serat Optik

Secara garis besar kabel serat optik terdiri dari 2 bagian utama, yaitu cladding dan core [4]. Cladding adalah selubung dari inti (core). Cladding mempunyai indek bias lebih rendah dari pada core akan memantulkan kembali cahaya yang mengarah keluar dari core kembali kedalam core lagi.
Bagian-bagian serat optik jenis single mode
Dalam aplikasinya serat optik biasanya diselubungi oleh lapisan resin yang disebut dengan jacket, biasanya berbahan plastik. Lapisan ini dapat menambah kekuatan untuk kabel serat optik, walaupun tidak memberikan peningkatan terhadap sifat gelombang pandu optik pada kabel tersebut. Namun lapisan resin ini dapat menyerap cahaya dan mencegah kemungkinan terjadinya kebocoran cahaya yang keluar dari selubung inti. Serta hal ini dapat juga mengurangi cakap silang (cross talk) yang mungkin terjadi[2].
Pembagian serat optik dapat dilihat dari 2 macam perbedaan :
1. Berdasarkan mode yang dirambatkan[5] :
  • Single mode : serat optik dengan inti (core) yang sangat kecil (biasanya sekitar 8,3 mikron), diameter intinya sangat sempit mendekati panjang gelombang sehingga cahaya yang masuk ke dalamnya tidak terpantul-pantul ke dinding selongsong (cladding). Bahagian inti serat optik single-mode terbuat dari bahan kaca silika (SiO2) dengan sejumlah kecil kaca Germania (GeO2) untuk meningkatkan indeks biasnya. Untuk mendapatkan performa yang baik pada kabel ini, biasanya untuk ukuran selongsongnya adalah sekitar 15 kali dari ukuran inti (sekitar 125 mikron). Kabel untuk jenis ini paling mahal, tetapi memiliki pelemahan (kurang dari 0.35dB per kilometer), sehingga memungkinkan kecepatan yang sangat tinggi dari jarak yang sangat jauh. Standar terbaru untuk kabel ini adalah ITU-T G.652D, dan G.657[6].
  • Multi mode  : serat optik dengan diameter core yang agak besar yang membuat laser di dalamnya akan terpantul-pantul di dinding cladding yang dapat menyebabkan berkurangnya bandwidth dari serat optik jenis ini.
2. Berdasarkan indeks bias core[3] :
  • Step indeks : pada serat optik step indeks, core memiliki indeks bias yang homogen.
  • Graded indeks : indeks bias core semakin mendekat ke arah cladding semakin kecil. Jadi pada graded indeks, pusat core memiliki nilai indeks bias yang paling besar. Serat graded indeks memungkinkan untuk membawa bandwidth yang lebih besar, karena pelebaran pulsa yang terjadi dapat diminimalkan.

Tips Merawat Blackberry

Bagi anda yang memiliki Blackberry ada baiknya anda merawat dan memelihata milik anda tersebut, berikut saya berikan beberapa tips merawat Blackberry.  tapi sebelum ke pokok masalah perawatan Blackberry saya ingin berbagi informasi tentang kelemahan gadget dengan harga selangit tersebut. pertama masalah Browser tidak seperti iPhone atau Palm Pre, karena BlackBerry tidak menampilkan halaman web seperti di PC. yang kedua yaitu App Store Dengan jumlah jutaan pengguna iPhone, BlackBerry App Store sepertinya sulit untuk menyusul App Store. kelemahan Blackberry yang ketiga adalah Wi-Fi, perangkat wi-fi telah menjadi fitur populer di mobile phone. Namun, untuk BlackBerry Storm dan Tour memang telah memiliki akses 3G, tetapi tidak ada Wi-Fi. mungkin itu sedikit kelemahan Blackberry yang saya tau mohon maaf kalau salah.
Ok.. sekarang waktunya anda mengetahui tips Merawat Blackberry milik anda sehingga awet dan enak di pergunakan. berikut tipsnya :
1. Upgrade OS BlackBerry ke versi terbaru. Gunakan OS sesuai logo operator yg tertera di handset blackberry anda.
2. Cek file free memory handset Blackberry, dengan cara tekan alt + aA + H bersamaan. Selalu dijaga jangan sampai dibawah 1 MB
3. Hapus aplikasi yang tidak digunakan.
Caranya: klik Options -> Advanced Options -> Applications -> pilih aplikasi yang akan dihapus -> tekan tombol logo BlackBerry -> Delete
4. Hapus email yang sudah dibaca, terutama email-email dari milis.
Untuk menghapus seluruh email caranya : arahkan kursor pada tanggal -> tekan tombol logo BlackBerry -> Delete Prior
5. Simpan email-email penting.
6. Simpan gambar, suara, dan video ke dalam memory card.
7. Biasakan softreset sehari 1x (alt + aA + del). Bisa juga menggunakan aplikasi QuickPull untuk soft reset.
8. Jika anda mengikuti beberapa milis sebaiknya, gunakan G-Mail Amplop Merah.

PENDESKRIPSIAN GLOBALISASI

Globalisasi – Sebelumnya duniabaca.com mohon maaf karena terlalu dini memposting tentang pengaruh globalisasi. Dimana seharusnya untuk  lebih afdhol kita terlebih dahulu mempelajari pengertian globalisasi dan bagaimana ciri-ciri globalisasi. Namun tidak ada salahnya kita belajar selama hal yang kita pelajari masih bersifat positif dan bermanfaat. Nah untuk menyempurnakan seputar globalisasi, kali ini duniabaca.com berbagi mengenai definisi globalisasi serta ciri-ciri globalisasi.
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi:
  • Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
  • Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
  • Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
  • Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
  • Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara
Ciri-ciri Globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia
  • Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
  • Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
  • Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
  • Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.